Film The Santri Membuat Iman Melemah?

Arman Tosepu

OPINI, KONAWE – Tulisan ini dibuat bukan karena penulis ahli dalam membuat film atau memiliki ilmu yang matang di dunia perfilman, akan tetapi tulisan ini dibuat khususnya bagi para kaum yang kerap memojokan film The Santri saat trailer (cuplikan) pertama kalinya rilis. Apa sih sebenarnya film The Santri itu? Film yang menceritakan tentang kehidupan para santri tersebut diperankan oleh Guz Azmi, Veve Zulfikar, Wirda Mansur dan Emil Dardak.

Meski belum diproduksi, rupanya trailer film The Santri sudah dilempar ke publik. Film The Santri sendiri dipersembahkan sebagai wahana untuk menginformasikan dan mengomunikasikan keberadaan dunia santri dan pesantren yang memiliki pemahaman tentang Islam yang ramah, damai dan toleran dengan komitmen cinta tanah air, serta anti terhadap radikalisme dan terorisme.

Disisi lain, film ini juga memotret kehidupan keberagamaan dan komunitas lintas iman, kemudian mempromosikannya. Beberapa waktu, saya sendiri membaca suatu tulisan menarik di Media Online dari salah satu yang katanya Ustadz bahwa film The Santri ini membahayakan aqidah umat Islam.

Alasannya, menurut Ustadz ini, dalam film tersebut terdapat adegan salah satu pameran yang membawa tumpeng di salah satu Gereja. Bahkan, sang Ustadz ini juga turut mengkritik sang produsernya dari berdasarkan keyakinannya.

Jujur saja, saya tak tahu, apakah ‘Ustadz’ ini adalah seorang kritikus film, produser, atau apalah yang berhubungan dengan film, saya sendiri juga tak tahu, apakah Ustadz ini hobi menonton film atau tidak, atau jangan-jangan sang Ustadz ini ‘mengkritik’ film The Santri hanya karena ‘Siapa pembuat filmnya’?

Wallahu’alam, semua pertanyaan di atas cuma sang Ustadz yang bisa menjawab. Menurut saya pribadi, kritik yang dilontarkan sang Ustadz ini terlalu berlebihan, sebab jika dianalogikan Sang Ustadz seperti hanya menjustifikasi buku berdasarkan covernya. Menilai suatu film berdasarkan trailer saya rasa tidak logis, asumsinya lemah, serta tidak bisa dijadikan rujukan Ummat dalam menonton film tersebut.

Sebagai orang yang hobi menonton film, penulis merasa jika Sang Ustadz ini menonton film yang berjudul The Parasite mungkin akan bingung sendiri, atau mungkin mencoba menonton film yang bergenre Post-Appocalypse dan mungkin tidak akan sanggup dan melambaikan tangan di kamera.

Selain itu, penulis sendiri merasa bingung pada orang-orang yang seperti ini, kenapa hanya film The Santri yang dikritik? Bagaimana dengan film dan sinetron lainnya yang justru lebih tidak berfaedah? Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa film ini dibuat sebagai salah satu upaya dalam menjaga perdamaian dan toleran dengan komitmen cinta tanah air, serta anti terhadap radikalisme dan terorisme. Why not? Apakah film yang membangkitkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme dan agamais ini lebih buruk dari sinetron unfaedah?

Begitu lemahnya kah iman kita, sampai hanya karena film, aqidah kita menjadi terancam? Ayo mari belajar lagi. Mari kita dukung industri film lokal, agar mampu mengisi dan menambah warna tersendiri dalan dunia perfilman. Insyaallah, jika iman kuat, merasa diawasi Allah SWT, apapun film yang ditonton, tidak akan menggoyahkan aqidah kita.

Penulis : Arman Tosepu, S.M (Masyarakat Hobi Film)

About redaksi

Leave a Reply

x

Check Also

Pengurus PMTI Provinsi Sultra Resmi Dikukuhkan

SUARASUARA.COM | KENDARI – Pengurus Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) masa ...