Warga Morosi Boikot Jalan Trans Sulawesi 

  • Share

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Ketgam: Warga Kecamatan Morosi sedang melakukan aksi boikot jalan trans sulawesi, Senin (26/2/2018)

SUARASULTRA.COM, UNAAHA – Sejak minggu kemarin hingga hari ini, masyarakat Desa Besu, Wonua Morini, dan Mendikonu Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) memboikot jalan trans Sulawesi.  

 

banner 336x280

Pasalnya, sejak tiga tahun sampai terakhir, masyarakat setempat menghirup dan menikmati debu serta kebisingan yang disebabkan aktivitas mobil pemuat batu asal Moramo Konsel untuk dibawa ke pabrik nikel PT Virtue Dragon Nikel Indonesia (VDNI) di Morosi.  

 

Aksi pemboikotan mobil truk pemuat batu tersebut terjadi, karena masyarakat kecewa dengan sikap Pemprov Sultra dan Pemkab Konawe yang dianggap tutup mata membiarkan masyarakatnya menikmati debu.   Ibu rumah tangga, Yeni warga Besu yang ikut dalam aksi pemboikotan itu mengatakan, aktivitas truk pemuat batu yang melalui jalur itu menyebabkan dirinya dan warga lain menikmati debu setiap hari. Bahkan kondisi tersebut menyebabkan anak-anaknya sakit. Belum lagi Dinas Kesehatan Konawe belum pernah sama sekali melakukan kunjungan.  

 

“Baru-baru ini ada keluarga yang masuk rumah sakit apalagi kami tidak punya Kartu BPJS. Selain itu, Pemerintah tidak ada yang turun di sini, pernah kita mandi lumpur empat bulan mereka tidak pernah juga turun,” ungkap Yeni di lokasi aksi, Senin (26/2/2018).  

 

Dia menambahkan, meski jalan tersebut adalah kewenangan Pemprov Sultra, namun Pemkab Konawe tidak bisa tutup mata. Karena masyarakat yang terkena imbas dan dampaknya adalah masyarakat Konawe.  

Ketgam : Tampak sejumlah warga sedang berjaga – jaga di jalan Trans Sulawesi

“Kita mandi lumpur dan tiga tahun mandi debu tidak pernah ada dari pemerintah Kabupaten merespon dan turun tanyakan kita di sini bagaimana kondisi kami. Tidak ada sama sekali, sudah terlalu sabar kami ini. Pokoknya namanya pemerintah itu tidak ada perhatiannya terhadap masyarakat yang susah di sini,” kesalnya.  

 

Hal serupa dikatakan oleh David, warga Desa Mendikonu itu juga mengeluh. Kata dia semestinya pihak perusahaan maupun pemerintah Kabupaten atau Provinsi memperhatikan kondisi masyarakat yang telah bertahun-tahun menghirup debu.  

 

“Harusnya mereka perhatikan kondisi kami dan operasi mobil truk dibatasilah minimal sampai jam lima sore saja. Jalannya juga harus disiram, paling sedikit tiga kali se hari. Bayangkan kita makan debunya baru tidak ada konpensasinya,” ungkap Dapid yang diamini oleh warga lainnya.  

Laporan : Aras Moita  

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
banner 120x600
  • Share
error: Content is protected !!