SUARASULTRA.COM, KENDARI – Sabtu 05 Mei 2018 Museun Kendari resmi menggelar Workshop yang dirangkaikan dengan ritual Mosehe. Dalam kegiatan tersebut ratusan masyarakat ikut menyaksikan jalannya perosesi.
Diketahui dari berbagai Suku, seperti Muna dan suku lainnya ikut menyaksikan dalam ritual Mosehe yang dipercaya dapat menyucikan negeri, atau dapat mengahalau bala.
Sesuai dengan pantauan media ini, sebelum melaksanakan ritual Mosehe terlebih dahulu dilaksanakan tarian Lariangi sebagai tarian penyambutan tokoh atau pejabat dalam melaksanakan kegiatan.
Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Doddi Syahrulsah mengatakan kegiatan Mosehe Wonua merupakan upaya pelestarian budaya dan ini akan menjadi agenda rutin museum dan taman budaya. Dirinya yakin ritual Mosehe dapat mengangkat kembali budaya yang mulai ditinggalkan.
“Banyak masyarakat Tolaki hari ini yang tidak tahu ritual Mosehe, sehingga kami mengangkat ritual ini, agar masyarakat paham,” jelasnya, usai melaksanakan ritual Mosehe. Sabtu, (05/05).
Maksud dan tujuan kegiatan Mosehe Wonua lanjutnya, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dan masyarakat, karena masih dapat menjalankan rutinitas hari-hari dan melaksanakan ritual Mosehe ini.
“Saya sudah 40 tahun tinggal di Kendari kita mengetahui bahwa masyarakat Tolaki itu masyarakat terbuka kepada setiap suku bangsa setiap orang yang datang,” tambahnya.
Kegiatan Mosehe kali ini dihadiri oleh banyak suku-suku lain yang ada di bumi Anoa ini. Dirinya berharap agar kegiatan Mosehe Wonua akan berlangsung selama lamanya, karena itu merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Tolaki.
“Olehnya itu mari kita sama sama menghidupkan kembali ritual Mosehe ini,” urainya.
Selain itu Ia menjelaskan, penyerahan Kalo yang diberikan oleh masyarakat Tolaki untuk dimuseumkan atau dipamerkan, sudah sangat tepat, karena Museum merupakan tempat untuk menyimpan barang-barang koleksi dan berharga.
“Sehingga museum itu harus mempunyai standarnisasi keamanan yang tinggi, harus mempunyai satpam, alaram, cctv, karena di dalam museum itu ada koleksi lima ribu tiga ratus lebih koleksi, dan koleksi koleksi itu ada beberapa tidak ternilai harganya,” tegasnya.
Di tempat yang Ketua Adat Wonua Ndinudu Tolaki Ajmain menjelaskan, fungsi ritual Mosehe bagi masyarakat Tolaki adalah penyucian. Setelah adanya konflik, dan sudah diselesaikan, maka akan dilakukan Mosehe.
“Kami percaya dengan begitu maka tidak akan terjadi lagi kesalahan yang sama, dan tidak akan terkena dampak yang negatif bagi yang melakukan kesalahan,” ujarnya.
Sementara tingkat kesulitan dari Mosehe Wonua adalah pewarisan yang saat ini anak anak banyak tidak tahu dengan Mosehe tersebut, sehingga dalam Mosehe ini sangat susah untuk diwariskan, dan yang diwariskan itu keturunan atau ada kaitannya dengan leluhurnya, dan tingkat kemauan masyarakat semakin berkurang.
“Namun dengan adanya kepala Museum dan Taman Budaya Mosehe ini kembali dihidupkan, dan ini merupakan perjuangan panjang yang dilakukan pak Doddi,” ucapnya.
Untuk diketahui, Mosehe mempunyai beberapa tingkatan, yakni Mosehe Ndiolu, Manu, Ngginiku, dan Mosehe Dahu, dan Taman Budaya terbuka luas untuk masyarakat ataupun komunitas dari usia muda sampai dewasa dalam melaksanakan kegiatan atau pagelaran dan yang lainnya, namun tidak bisa dijadikan rumah.
Laporan : Adam