Mencegah Anak Putus Sekolah Melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

  • Share
Ketgam : Aswin Hasanudin (tengah) dan salah satu KPM (kanan).

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Ketgam : Aswin Hasanudin (tengah) dan salah satu KPM (kanan).
Oleh : Aswin Hasanuddin (Supervisor PKH Kabupaten Konawe) 

 

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau Family Development Session (FDS) merupakan salah satu peretemuan rutin yang dilakukan oleh setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH).

 

Tepatnya 18 Mei 2019, yang merupakan jadwal rutin P2K2 di Desa Bao-Bao, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe dilaksanakan seperti pertemuan yang lalu tanpa ada hambatan, namun kali ini ada yang berbeda dari pertemuan itu yang biasanya KPM langsung kembali ke rumah masing-masing setelah pertemuan ditutup.

 

Di akhir pertemuan itu beberapa KPM (Keluarga Penerima Manfaat, red)  menghampiri Ibu Rita Sundayani (Pendamping PKH Kec. Sampara) dan bercerita tentang pengalaman mereka, salah satunya adalah Ibu Nurleni KPM tahun 2016.

 

Ibu Nurleni bercerita tentang anaknya yang berinisial R  yang duduk di bangku kelas 8 SMPN 1 Sampara hampir mengalami putus sekolah, namun berkat kuasa Allah SWT setelah 3 kali mengikuti P2K2 modul Pengasuhan Anak Ibu Nurleni merasakan manfaatnya.

 

“Saya betul-betul mengambil pelajaran dari P2K2 ini, bagaimana cara membimbing anak,” ungkap Ibu Nurleni saat kami mengunjungi rumahnya.

 

Lanjut, Ibu Nurleni menceritakan pengalamannya, awalnya “R” merupakan anak yang sering mendapatkan teguran dari pihak sekolahnya karena perilakunya yang sering bolos jam pelajaran, hingga ibu Nurleni dan suami mendapatkan 3 kali surat panggilan.

 

Pada surat panggilan atau peringatan yang terakhir diterima oleh Ibu Nurleni dan suaminya  mereka dibenturkan dengan kenyataan apakah “R” akan naik kelas atau tidak. Hal inilah yang membuat suami Ibu Nurleni merasa emosi dan langsung memarahi anaknya, namun pada hari itu Ibu Nurleni menagajak anaknya untuk berdiskusi untuk menentukan pilihan pendidikannya.

 

Dalam diskusi tersebut Ibu Nurleni menyarankan kepada anaknya agar tetap bersekolah di SMPN 1 Sampara meskipun “R” nantinya tidak akan naik kelas sebagai ganjaran perilakunya. Sontak hal ini membuat “R” merasa putus asa dan tidak mau ke sekolah selama beberapa hari bahkan “R” mengungkapkan tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya.

 

Melihat hal itu, Ibu Nurleni kembali berdiskusi dengan sang suami dan menyampaikan “ Pak, menurut yang saya pelajari di P2K2 itu, cara membimbing anak itu dengan kelembutan, membimbing anak tidak hanya denagn cara kekerasan tapi kita harus baik-baik ke dia, kita rayu-rayu dia”.

 

Akhirnya sang suami pun mengatakan agar Ibu Nurleni merayu anaknya agar mau bersekolah lagi.

 

Setelah 4 hari Ibu Nurleni memberikan pendekatan kepada anaknya, Alhamdulillah “R” mau kembali bersekolah dan mengatakan “apapun keputusan sekolah, dia tetap mau bersekolah”. Bahkan teman-teman “R” pun kaget melihat “R” yang mau kembali bersekolah seperti biasanya.

 

Terlihat Ibu Nurleni senang dengan perubahan anaknya itu, dan menyampaikan kepada kami “Menurut ku pak ini perubahan hanya sedikit saja, tapi yah saya sudah rasakan”.

 

Semoga pengalaman yang dirasakan Ibu Nurleni ini dapat menular ke ibu-ibu KPM yang lainnya sehingga PKH dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi. Salam hormat SDM PKH Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara.

 

Laporan : Arman Tosepu
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
banner 120x600
  • Share