SUARASULTRA.COM | KONAWE – Keberadaan Mega Industri (MI) di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) telah memberi dampak positif kepada Warga Kabupaten Konawe pada khususnya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya.
Dampak positif ini bukan hanya pada sektor pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat tetapi keberadaan Mega Industri di Morosi juga telah memberikan kesempatan kerja bagi puluhan ribu warga lokal untuk mendulang rezeki buat keluarga.
Dalam rekrutmen tenaga kerja, pihak perusahaan juga memberikan porsi kepada Kartini – Kartini Jaman Now sebagai wujud penghormatan Raden Ajeng Kartini atas perjuangannya menjadikan kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki sebagai simbol kesetaraan gender, serta emansipasi wanita.
Di Mega Industri Morosi, perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini kini berbuah manis. Segala keterbatasan hak-hak kaun hawa perlahan menghilang di perusahaan tersebut. Bahkan kaum hawa di tempat itu diberi kesempatan sebagaimana halnya dengan kaum adam. Mega Industri Morosi menjadi berkah buat Kartini Jaman Now.
Emansipasi wanita yang diperjuangkan RA Kartini, kini begitu terasa di Mega Industri (MI) Morosi, yakni di PT. Virtue Dragon Nikel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS).
Meski bergerak di bidang industri pemurnian bijih nikel yang identik dengan kaum adam, perusahaan tersebut tetap memberikan kesempatan pada kaum hawa untuk bersaing memberikan kontribusi yang terbaik.
Para pekerja wanita di tengah areal industri tersebut, kini semakin menjamur. Berpakaian seragam dengan sepatu kerja setinggi betis, berompi dan mengenakan helm, ibarat telah menjadi menu rutin harian para kaum perempuan di Mega Industri tersebut.
Memperingati Hari Kartini yang jatuh pada hari ini, Rabu 21 April 2021, awak media kemudian menemui sejumlah karyawati di pabrik pemurnian bijih nikel tersebut.
Indrawati (28) kepada awak media ini mengucap terima kasih kepada RA Kartini yang telah memperjuangkan nasib kaum wanita di eranya. Berkat perjuangannya, kata Indrawati, wanita masa kini dapat berkarier di bidang yang dianggap hanya milik laki-laki seperti pertambangan atau industri.
Menurut Indrawati, wanita tidak selamanya menjadi sosok yang lemah dan lembut. Jika pada umumnya para wanita sangat mengidamkan kerja di kantoran dengan ruang dilengkapi pendingin ruangan (ruangan Ber- AC). Namun tidak berlaku dirinya.
“Ketika wanita lain bekerja dari pagi sampai sore, saya terbalik. Setiap malam saya harus bekerja. Tidak ada waktu untuk jalan-jalan dan menahan rindu terhadap keluarga, karena lama baru bisa ketemu,” katanya.
Namun, itu semua tidak membuat semangatnya pupus demi mengumpul pundi-pundi rupiah yang halal berkat tetesan keringatnya. Sebab, dirinya mengetahui itu adalah konsekuensi untuk mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan.
“Dalam bekerja, semua dituntut profesional. Tidak memandang pekerja laki-laki atau perempuan. Semua memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sesuai upah yang diperoleh,” terangnya.
Masih kata Indrawati, semua butuh proses, termasuk pekerjaan. Dunia kerja di areal industri yang penuh risiko ia lakoninya dengan rasa senang. Berteman dengan pekerja yang mayoritas laki-laki pun sudah dianggap biasa, tidak ada rasa risih.
“Saya ingin menjadi wanita yang luar biasa, mandiri, bekerja keras dan tidak bergantung pada orang lain. Ada kepuasan tersendiri bisa mencari uang sendiri,” tuturnya.
Senada dengan Indrawati, Ratna juga mengungkap hal serupa. Ia pun ini memilih profesi sebagai karyawati di MI Morosi. Wanita kelahiran Kendari, September 1989 ini, bergabung sebagai operator jembatan timbang sejak 2019 lalu. Keinginan memperoleh penghidupan yang lebih baik, mengiring langkahnya untuk mengadu nasib di PT VDNI.
Meski harus bergelut dengan debu jalanan setiap harinya. Wanita ini mengaku tetap tegar demi mewujudkan harapannya untuk mendapatkan penghasilan sendiri dari jerih payahnya.
“Pastinya, debu begitu bersahabat dengan kami yang di timbangan, namun kami juga tetap mengupayakan tampil cantik,” ceritanya, Rabu (21/04/2021) saat ditemui kos-kosannya di area Kampung Jawa.
Menurut Ratna, alasan dirinya bekerja di PT VDNI, karena ingin mencari pengalaman kerja di luar dari basic yang dimilikinya. Di samping itu, wanita lulusan S1 Keperawatan itu mengaku ingin mendapatkan pengalaman baru yang menantang.
“Bekerja di sini banyak hal yang menyenangkan. Namun, ada hal yang harus dikorbankan, seperti jam kerja yang cukup berat bagi seorang wanita, tetapi saya sangat nyaman menjalaninya,” jelasnya.
Pun jika dirinya bekerja sesuai jurusan saat kuliah, mungkin saat ini dirinya telah menjadi tameng terdepan menghadapi pandemi Covid-19 dengan menjadi perawat. Karena sebelumnya, Ratna mengaku pernah mengabdi di salah satu Puskesmas. Tetapi, takdir berkata lain, dirinya saat ini mengaku nyaman bekerja dengan teman kerjanya ketika membersihkan jembatan timbang.
“Karena tuntutan pekerjaan, saya yang dulunya pegang jarum suntik, kini malah pegang sekop. Dan awalnya tidak pernah pegang sekop tapi akhirnya jadi terbiasa. Ini menjadi pengalaman unik buat saya bahwa hidup tidak selamanya berjalan lurus, kadang kita harus mencoba hal baru,” tutupnya.
Laporan: Sukardi Muhtar