SUARASULTRA.COM | KONSEL – Kampung Tanjung Lemo, sebuah desa kecil di pesisir Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, selama bertahun-tahun menghadapi masalah besar terkait pasokan air bersih.
Sebagian besar warganya, yang berprofesi sebagai nelayan, harus menempuh perjalanan lebih dari satu kilometer dengan sampan hanya untuk memperoleh air bersih dari sumber yang ada di seberang tanjung. Namun, kondisi ini mulai berubah berkat inisiatif seorang anggota kepolisian bernama Aiptu Sisran.
Aiptu Sisran (43), yang menjabat sebagai Ps Kanit Propam Polsek Laonti, merasa terpanggil untuk bertindak setelah menyaksikan langsung bagaimana warga kampung itu bertahan hidup di tengah keterbatasan. Saat sedang berpatroli di wilayah tugasnya, ia singgah di kampung tersebut untuk berwudhu, dan baru menyadari bahwa air bersih hanya bisa didapatkan dengan menggunakan perahu.
“Waktu itu saya patroli ke wilayah Polsek Laonti dan singgah di ujung kampung, Tanjung Lemo. Saya ingin berwudhu, tetapi ternyata airnya harus diambil dengan naik perahu. Saya jadi berpikir, bagaimana warga bisa bertahan dengan kondisi seperti ini?” ujar Aiptu Sisran, mengenang pengalamannya.
Melihat langsung kesulitan yang dialami warga, Aiptu Sisran memutuskan untuk bermalam di rumah salah satu warga. Dalam percakapan santai, ia mendengarkan keluhan mereka tentang betapa sulitnya mendapatkan air bersih, terutama ketika musim angin barat datang.
“Kalau angin barat datang, bisa seminggu kami tak bisa ambil air. Ombaknya tinggi, perahu bisa terbalik. Kami hanya bisa pasrah kalau sudah begitu,” kata Mursalim, salah satu warga setempat.
Keprihatinan tersebut menggugah Aiptu Sisran untuk mengambil tindakan nyata. Dengan dana pribadinya, ia mulai membangun instalasi pipa air bersih untuk mengalirkan air dari sumber yang ada. Tantangan besar datang karena mata air berada jauh di puncak gunung, sehingga pemasangan pipa harus melewati jalur yang menanjak dan penuh rintangan.
Namun, Aiptu Sisran tidak bekerja sendirian. Ia terjun langsung bersama warga, mengangkut bahan material seperti semen dan pasir, mendaki gunung, serta memastikan setiap sambungan pipa terpasang dengan sempurna.
“Beliau sendiri yang membawa semen ke atas gunung, sementara warga lainnya membawa pasir. Jaraknya jauh dan terjal, tapi beliau tetap ikut bekerja,” ungkap Mursalim, mengenang perjuangan yang dilakukan Aiptu Sisran.
Usaha keras tersebut akhirnya membuahkan hasil. Kini, warga tidak lagi perlu berperahu untuk mencari air. Mereka bisa menikmati air bersih yang mengalir langsung ke rumah mereka. Momen ini menjadi kebahagiaan besar bagi warga yang selama lebih dari dua dekade harus hidup dengan akses air bersih yang terbatas.
“Alhamdulillah, sudah dua tahun ini kami tidak perlu lagi pergi jauh untuk mengambil air saat musim angin barat. Sekarang, air sudah mengalir ke depan rumah kami,” ujar Mursalim dengan rasa syukur.
Aksi Aiptu Sisran bukan hanya mengubah kehidupan warga Kampung Tanjung Lemo, tetapi juga menginspirasi banyak orang. Atas dedikasinya, ia bahkan diusulkan untuk menerima nominasi Hoegeng Awards 2025, penghargaan bergengsi yang diberikan kepada anggota kepolisian yang memiliki pengabdian luar biasa dan berbuat nyata untuk masyarakat.
Namun, bagi Aiptu Sisran, penghargaan bukanlah tujuan utamanya. Ia hanya ingin memastikan bahwa warga di wilayah tugasnya bisa menikmati kehidupan yang lebih layak dan aman.
“Saya memeriksa semuanya, hingga ke puncak gunung, saya hitung-hitung, dan saya janji akan bantu. Saya ingin warga di sini memiliki akses air bersih tanpa harus mempertaruhkan nyawa,” jelas Aiptu Sisran, dengan rendah hati.
Dengan penuh kerendahan hati, Aiptu Sisran menyebut apa yang dilakukannya sebagai bagian dari tugas dan kepeduliannya sebagai aparat negara.
Namun bagi warga Kampung Tanjung Lemo, Aiptu Sisran adalah lebih dari sekedar seorang polisi. Ia adalah simbol harapan dan bukti nyata bahwa kepedulian serta tindakan kecil dapat membawa perubahan besar bagi kehidupan banyak orang.
Editor: Sukardi Muhtar
