Miris! Siswa SDN 1 Anggotoa Belajar Berimpitan di Kelas Triplek, Pemerintah Kemana?

  • Share

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive

SUARASULTRA.COM | KONAWE – Keterbatasan sarana pendidikan masih menjadi ironi di tengah upaya pemerintah dalam pemerataan pembangunan. Kondisi memprihatinkan dialami oleh Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Anggotoa, yang terletak di Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe, di mana minimnya ruang kelas memaksa pihak sekolah mengambil langkah ekstrem.

Demi mengakomodir seluruh siswa, satu-satunya ruang kelas yang ada terpaksa disekat menjadi dua bagian menggunakan dinding triplek seadanya.

Kebijakan ini sontak menuai keluhan dari para orang tua siswa yang merasa kualitas belajar anak-anak mereka terganggu.

Salah seorang wali murid berinisial AH mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan setempat, yang dinilai kurang responsif terhadap kondisi sekolah.

“Bagaimana anak-anak bisa belajar dengan efektif kalau dalam satu ruangan sempit ada dua kelas sekaligus? Suara dari kelas sebelah pasti sangat mengganggu konsentrasi mereka,” ujarnya dengan nada prihatin.

“Kami sangat berharap pemerintah segera turun tangan dan membangun ruang kelas baru yang layak agar anak-anak kami bisa belajar dengan tenang dan fokus,” sambungnya.

Kepala Sekolah SDN 1 Anggotoa, Isnayatin S.Pd, saat dikonfirmasi membenarkan kondisi tersebut. Ia menjelaskan bahwa sekolah yang dipimpinnya hanya memiliki tiga ruang belajar.

Untuk menyiasati keterbatasan ini, satu ruangan terpaksa disulap menjadi dua ruang kelas dadakan dengan sekat triplek.

“Ruang pertama kami gunakan untuk menampung siswa kelas 1, 2, dan 3. Sementara ruang kedua untuk siswa kelas 4 dan 5. Ruang ketiga khusus untuk siswa kelas 6,” jelas Isnayatin.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa khusus untuk kelas 2, proses belajar mengajar baru bisa dimulai pukul 11.45 WITA, setelah siswa kelas 1 selesai pada pukul 09.30 WITA.

Sementara kelas 6 tidak digabung dengan kelas lain agar siswa dapat lebih fokus dalam persiapan menghadapi ujian nasional.

Baca Juga:  Sukses Pelaksanaan Kongres Tahunan ASKAB PSSI Konawe, Program Kerja Telah Ditetapkan

Isnayatin menambahkan, jumlah siswa di SDN 1 Anggotoa saat ini tercatat sebanyak 70 orang, dengan 10 tenaga pengajar.

Sebagian besar siswa berasal dari Desa Anggotoa dan Kukuluri, serta beberapa merupakan anak dari guru yang mengajar di sekolah tersebut dan anak-anak polisi yang tinggal di Asrama SPN Anggotoa.

Menurut catatan Isnayatin, SDN 1 Anggotoa telah berdiri sejak tahun 1962. Bantuan fisik terakhir yang diterima sekolah dari Dikbud setempat adalah pembangunan gedung perpustakaan pada tahun 2020.

Ironisnya, gedung perpustakaan tersebut kini juga difungsikan sebagai ruang kepala sekolah dan ruang guru.

“Sebelum ada gedung perpustakaan ini, kami terpaksa menggunakan gudang sekolah sebagai kantor karena ruang kelas yang ada ukurannya lebih besar,” ungkapnya.

Isnayatin tidak menampik bahwa penyekatan ruang kelas ini menimbulkan kekhawatiran akan kenyamanan dan konsentrasi belajar siswa, serta berdampak pada kenyamanan guru dalam mengajar.

“Tentu saja kondisi ini sangat tidak ideal. Kami berharap pemerintah daerah dapat segera memberikan perhatian dan solusi agar proses belajar mengajar di SDN 1 Anggotoa dapat berlangsung lebih baik,” pungkasnya.

Laporan: Redaksi

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
banner 120x600
  • Share