
Warga Resah, Tambang PT WIN Kembali Beroperasi Dekat Pemukiman dan Sekolah di Torobulu
SUARASULTRA.COM | KONSEL – Suasana tegang mewarnai Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Jumat (15/8/2025), saat alat berat milik PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) kembali beroperasi hanya sekitar 200 meter dari permukiman warga dan dekat Sekolah Dasar (SD) Torobulu.
Harjun, salah seorang warga, mengaku kaget ketika mendengar suara alat berat saat tengah membersihkan masjid untuk persiapan salat Jumat.
“Saya risau dan cemas sekali. Lokasi tambang itu tepat di belakang rumah saya. Sebentar saya mau khutbah, tapi hati sudah tidak tenang,” ungkapnya.
Warga kemudian mendapati aktivitas penambangan berlangsung persis di belakang permukiman. Perdebatan pun tak terhindarkan antara warga dengan pekerja lapangan. Mereka menuntut diadakannya pertemuan resmi di Balai Desa dengan menghadirkan kepala desa, pemilik lahan, serta warga yang menolak tambang.
Menurut Harjun, penolakannya terhadap tambang bukan soal kepentingan pribadi, melainkan kepedulian terhadap masyarakat.
“Dalam agama, sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Jika melihat orang yang dizalimi, kita wajib membantu. Itu yang saya lakukan,” tegasnya.
PT WIN sendiri bukan kali pertama memicu keresahan. Pada 2019, perusahaan ini juga sempat menambang di sekitar SD hingga permukiman warga. Meski lahan tersebut telah direklamasi dan ditanami pohon, kini lokasi yang sama kembali digarap.
Dalam pertemuan di Balai Desa, terungkap bahwa aktivitas tambang dipicu permintaan sebagian warga agar perusahaan membangun tanggul dan drainase di belakang rumah mereka.
PT WIN menyanggupi, namun dengan syarat diizinkan menambang terlebih dahulu. Sayangnya, persetujuan ini tidak disosialisasikan kepada warga lain yang terdampak langsung.
Dialog berjalan alot. Kepala Desa Torobulu, Nilham, S.Pd, yang hadir dalam pertemuan tidak berhasil mempertemukan kepentingan warga yang menolak tambang dengan perusahaan.
Alimuddin (65), warga setempat, juga menyuarakan keresahannya.
“Saya tidak menolak tambang, tapi jangan sampai meresahkan. Tahun 2019 debu membuat anak-anak saya sakit. Kalau orang dewasa bisa pakai masker, anak-anak bagaimana? Kalau rumahmu ada di tempatku, kamu pasti rasakan penderitaan ini,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan ancaman hilangnya sumber air bersih akibat aktivitas tambang.
“Di masjid dan rumah anak saya ada sumur bor yang dipakai banyak rumah. Kalau tambang menggali lebih dalam, air bisa hilang,” pungkasnya.
Hingga akhir pertemuan, tak ada kesepakatan. Warga tetap bersikeras menolak aktivitas tambang di dekat permukiman, sementara perusahaan masih bergantung pada persetujuan terbatas dengan sebagian kecil warga.
Laporan: Redaksi