
Harga Gabah di Konawe Anjlok di Bawah HPP, Mitra Bulog Diduga “Bermain”
SUARASULTRA.COM | KONAWE – Sejumlah petani di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, mengeluhkan anjloknya harga gabah yang kini dibeli di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Ironisnya, pembeli yang menurunkan harga tersebut mengaku sebagai mitra Bulog, lembaga yang justru memiliki kewajiban membeli gabah petani sesuai HPP yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp6.500 per kilogram.
Kondisi ini banyak terjadi di wilayah Kecamatan Tongauna Utara, terutama di sekitar SPA Lalonggowuna dan Waworoda. Para petani menyebut praktik pembelian di bawah HPP telah berlangsung sejak awal Oktober 2025.
“Harga gabah turun sejak tanggal 5 Oktober, dari Rp6.500 jadi Rp6.200, dan sekarang tinggal Rp6.000 per kilo,” ungkap seorang warga yang enggan disebut namanya, saat ditemui di Tongauna Utara, Sabtu (11/10/2025).
Menurut warga, pembeli yang mengaku sebagai mitra Bulog berdalih bahwa penurunan harga dilakukan karena Bulog belum melakukan pembayaran atas gabah yang sebelumnya telah disalurkan.
Akibatnya, para tengkulak memanfaatkan situasi dengan menekan harga di tingkat petani.
“Katanya Bulog belum bayar, jadi mereka turunkan harga. Padahal gabah yang mereka beli tetap masuk ke Bulog,” ujar salah seorang petani di Tongauna Utara.
Petani berinisial M juga mengaku mengalami hal serupa. Ia mengatakan, hasil panennya sebanyak 9 ton gabah yang disalurkan melalui mitra Bulog hingga kini belum dibayar. Situasi ini membuat para petani kesulitan menutupi biaya operasional usai panen.
“Sudah hampir dua minggu belum ada pembayaran dari mitra Bulog. Gabah saya 9 ton belum dibayar, teman-teman petani lain juga sama. Kami mulai panen sejak 26 September,” tutur M dengan nada kecewa.
Para petani berharap pemerintah pusat segera menyalurkan dana ke Bulog daerah agar mitra bisa melunasi kewajibannya. Mereka juga meminta Bulog dan pemerintah daerah turun tangan mengawasi agar tidak ada pihak yang memainkan harga gabah dengan dalih keterlambatan pembayaran.
“Kami berharap Bulog segera transfer dana ke mitra, supaya harga gabah tidak makin turun dan petani tidak terus dirugikan,” kata salah satu petani lainnya.
Meski pihak pembeli di lapangan mengaku sebagai swasta, para petani meyakini mereka masih terafiliasi dengan jaringan mitra resmi Bulog. Namun, identitas dan mekanisme kerjanya tidak disampaikan secara terbuka kepada petani.
Editor: Sukardi Muhtar