

Teguh–Gufran Siap Hadirkan BEM Peternakan UHO yang Inklusif dan Progresif: “Unggul dan Berdaya Bersama”
SUARASULTRA.COM | KENDARI – Dua calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo (UHO), Teguh dan Gufran, menyatakan kesiapan mereka membawa organisasi mahasiswa tersebut menuju arah yang lebih inklusif, progresif, dan berdampak nyata.
Teguh menyampaikan bahwa alasan utama mereka maju bukan sekadar untuk mengisi posisi, tetapi untuk menghadirkan ruang organisasi yang benar-benar menjadi tempat belajar, berproses, dan membentuk karakter mahasiswa peternakan.
Menurutnya, organisasi tidak seharusnya dianggap sebagai beban, melainkan sebagai sarana untuk menumbuhkan kedisiplinan dan kualitas diri.
“Organisasi adalah ruang belajar. Kami ingin menciptakan wadah yang inklusif, mendorong mahasiswa untuk aktif dan terus berkembang,” ujarnya.
Berbicara mengenai rekam jejak, Teguh memaparkan pengalamannya di dunia organisasi, mulai dari HMI Komisariat Peternakan hingga dipercaya memimpin Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Peternakan. Pengalaman tersebut membentuk cara pandangnya dalam memimpin mendengarkan, mengurai persoalan, serta membuka ruang seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi.
Sementara itu, Gufran yang dikenal sebagai pribadi yang bekerja melalui tindakan, menceritakan pengalamannya berkecimpung dalam seminar, pelatihan teknis, dan berbagai proyek kemahasiswaan. Aktif sebagai asisten laboratorium, ia terbiasa bekerja dengan pola pikir yang terstruktur dan sistematis. Jejak tersebut menjadi modal kuat bagi keduanya untuk melangkah bersama memimpin BEM.
Dalam urusan akademik, Teguh menegaskan bahwa pendidikan tetap prioritas utama. Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,55, ia ingin menunjukkan bahwa kesibukan berorganisasi tidak menjadi hambatan dalam kuliah.
“Manajemen waktu adalah kuncinya,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Gufran yang memiliki IPK 3,45. Ia berharap mahasiswa baru dapat melihat bahwa organisasi justru menumbuhkan kedisiplinan dan pola pikir yang lebih matang.
“Organisasi membantu kita lebih terstruktur dalam berpikir dan bekerja,” jelas Gufran.
Mengenai tagline “Unggul dan Berdaya Bersama”, Teguh menjelaskan bahwa empat kata tersebut merangkum arah gerak mereka. Mahasiswa peternakan harus unggul dalam pengetahuan dan keterampilan, terutama di bidang peternakan. Sementara itu, berdaya bersama berarti setiap mahasiswa memiliki ruang untuk bertumbuh tanpa berjalan sendiri.
Bagi Teguh, BEM harus menjadi wadah pengembangan potensi, pengetahuan, dan keterampilan yang diarahkan untuk memperkuat pembangunan peternakan berbasis potensi lokal.
Gufran menambahkan, tagline tersebut menjadi pijakan untuk memperjelas arah program, terutama dalam penguatan sumber daya mahasiswa dan kontribusi nyata bagi dunia peternakan.
Menutup percakapan, Teguh menyampaikan optimisme bahwa mahasiswa peternakan mampu maju baik dalam akademik maupun organisasi. Ia menegaskan bahwa kehadiran BEM harus benar-benar dirasakan oleh seluruh mahasiswa.
Gufran menambahkan, kerja organisasi bukan sekadar rutinitas, tetapi upaya membangun kepercayaan diri mahasiswa agar siap berkontribusi bagi pembangunan peternakan lokal.
Keduanya menekankan bahwa langkah mereka bukan untuk mengejar jabatan, melainkan menghadirkan perubahan yang dapat dirasakan seluruh mahasiswa ruang untuk tumbuh, mengasah ilmu, dan menumbuhkan keberanian.
Teguh mengutip Pramoedya Ananta Toer, “Perubahan tidak datang dari langit, tetapi dari tangan manusia yang mau bergerak.” Ia percaya mahasiswa peternakan adalah manusia-manusia yang siap bergerak itu.
Gufran menutup dengan keyakinan bahwa harapan hanya berarti jika diwujudkan melalui kerja nyata. Baginya, Fakultas Peternakan membutuhkan langkah terarah—tidak tergesa, tidak ragu, tetapi mantap seperti tanah yang menyimpan benih.
Keduanya berkomitmen untuk berjalan bersama mahasiswa. Semangat Unggul dan Berdaya Bersama bukan hanya slogan, tapi komitmen membentuk masa depan. Mereka percaya, perubahan besar selalu dimulai dari niat tulus dan langkah pertama yang berani.
Laporan: Redaksi

















