Jurnalisme di Persimpangan: Ifal Chandra Ingatkan Ancaman Ketergantungan Media pada AI

  • Share
Ifal Chandra Moluse

Make Image responsive
Make Image responsive

Jurnalisme di Persimpangan: Ifal Chandra Ingatkan Ancaman Ketergantungan Media pada AI

SUARASULTRA.COM | KONAWE – Polemik mengenai kualitas karya jurnalistik di tengah derasnya penetrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) kian mengemuka di kalangan insan pers. Industri media kini berada pada persimpangan besar antara tuntutan kecepatan produksi berita dan tanggung jawab menjaga integritas profesi.

Salah satu jurnalis asal Kota Kendari, Ifal Chandra Moluse, menilai bahwa kehadiran AI sebenarnya membuka peluang besar untuk meningkatkan efisiensi kerja redaksi. Namun, tren sebagian media yang terlalu bergantung pada AI secara mentah, bahkan menjadikannya mesin utama produksi berita, justru menghadirkan ancaman serius bagi etika jurnalistik dan kualitas informasi di tengah masyarakat.

AI itu alat bantu, bukan pabrik berita. Masalah muncul ketika sebagian redaksi menjadikan AI sebagai pengganti nalar kritis manusia. Padahal esensi jurnalistik ada pada verifikasi, empati, dan pertanggungjawaban moral,” tegasnya.

Ifal menambahkan, fenomena maraknya konten berita yang seragam, minim verifikasi, dan tanpa wawancara lapangan kini semakin mudah ditemukan di berbagai platform. Kondisi ini, kata dia, menyebabkan kaburnya batas antara karya jurnalistik yang autentik dan konten otomatis yang dikemas menyerupai berita.

Tak hanya itu, Pimpinan Redaksi AmanahSultra.id tersebut juga menegaskan bahwa media harus kembali pada ruh profesi, kerja lapangan, riset, konfirmasi, serta keberanian menggali fakta.

Jurnalis bukan tukang salin-tempel. Mereka adalah penjaga kebenaran, bukan sekadar operator perangkat AI,” ujarnya.

Alumni Fakultas Hukum UHO angkatan 2009 itu menjelaskan bahwa berita bukan sekadar rangkaian kata, melainkan hasil pergulatan batin antara apa yang dilihat, apa yang diketahui, dan apa yang harus disampaikan kepada pembaca.

Ketika berita hanya disusun oleh algoritma, kita kehilangan sentuhan kemanusiaan yang membuat jurnalisme tetap relevan,” tambahnya.

Baca Juga:  Kapolres Konawe Dengarkan Keluhan Masyarakat Secara Langsung Melalui Giat Jum’at Curhat

Ifal juga menilai, kondisi ini membuat tidak sedikit jurnalis kehilangan identitasnya. Mereka tak lagi berperan sebagai watchdog, melainkan sekadar operator perangkat lunak yang bekerja demi kuantitas, bukan kualitas.

Jika hal ini terus terjadi, masyarakat sebagai konsumen berita tidak lagi mampu membedakan mana laporan jurnalistik dan mana konten otomatis yang tampil seperti berita,” pungkasnya.

Laporan: Redaksi

Make Image responsive
Make Image responsive
banner 120x600
  • Share
error: Content is protected !!