SUARASULTRA.COM | KONAWE – Jika dikaitkan dengan Pancasila, sejak awal persiapan kemerdekaan, para pendiri bangsa yang mengusulkan dasar negara tidak setuju jika negara Indonesia berdasar pada satu agama tertentu.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Nunung, seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah kejuruan di Kabupaten Konawe, Sultra saat ditemui, Selasa 28 April 2020.
Menurut Nunung, mskipun Islam dianut sekitar 90 % penduduk negeri ini, namun mereka lebih mewadahi kemajemukan ke dalam satu kebangsaan sebagai alat pemersatu negara.
Namun demikian, lanjut dia nilai-nilai dasar dari Pancasila juga merujuk pada ajaran agama Islam.
“Misalnya Ketuhanan yang Maha Esa, mengadopsi dari surat Al Ikhlas ayat 1 yang artinya “Katakanlah bahwa Tuhan itu satu,”kata Nunung.
Selain itu, kepentingan umat Islam dapat disalurkan melalui penerapan pada sila keempat tentang mufakat, musyawarah dan perwakilan.
Dalam sila ke empat ini, umat Islam dan umat beragama lainnya dapat menyalurkan aspirasi kepentingannya untuk dimusyawarahkan dan dimufakatkan.
Sehingga menurutnya, Pancasila berusaha mengadopsi nilai-nilai yang ada dalam Islam di satu sisi, namun di sisi lain tidak memberikan ruang bagi munculnya gerakan fundamentalis yang berorientasi untuk merubah dasar negara.
Selaku tenaga pendidik, ia mengaku seringkali mengedukasi siswanya tentang nilai -nilai yang terkandung di dalam ke lima sila dari Pancasila.
Ia berharap, apa yang telah ditanamkan kepada siswanya dapat diamalkan kelak dalam kehidupan sehari -sehari.
“Tentunya kita harapkan generasi muda penerus bangsa ini dapat memberikan konribusi positif nantinya kepada bangsa dan negara yang kita cintai ini,” tutupnya.
Laporan: Sukardi Muhtar
