
Gedung Rusak dan Lapuk, SMPN 2 Amonggedo Konawe Disorot Publik
SUARASULTRA.COM | KONAWE – Dunia pendidikan di Kabupaten Konawe kembali menjadi sorotan. Sayangnya, bukan karena prestasi akademik, melainkan kondisi fisik sekolah yang memprihatinkan dan jauh dari kata layak.
Kondisi ini terjadi di SMP Negeri 2 Amonggedo, yang terletak di Kecamatan Amonggedo, Kabupaten Konawe. Berdasarkan laporan warga setempat, sejumlah bangunan sekolah mengalami kerusakan parah, bahkan dinilai membahayakan keselamatan siswa.
Pantauan warga menunjukkan, plafon ruang kelas, papan, dan balok penyangga gedung perpustakaan dan laboratorium sudah lapuk. Tak hanya itu, beberapa pintu ruangan juga rusak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kepsek Akui Sudah Ajukan Perbaikan, Tapi Belum Ditindaklanjuti
Kepala SMPN 2 Amonggedo, Rastina, S.Pd, saat dikonfirmasi, membenarkan kondisi rusak parah bangunan sekolah yang dipimpinnya. Ia mengungkapkan bahwa pihak sekolah telah berupaya mengajukan usulan pemeliharaan dan perbaikan sejak beberapa tahun lalu.
“Kami mulai bertugas tahun 2022, dan sejak awal kondisi perpustakaan dan laboratorium memang sudah rusak parah. Kami sudah mengajukan DAK melalui aplikasi, juga sudah menyampaikan langsung ke Dinas Pendidikan. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” ujar Rastina.
Dinas Pendidikan: Revitalisasi Kewenangan Kementerian
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Konawe, Dr. Suryadi, S.Pd., M.Pd., MH., saat dikonfirmasi via telepon menyampaikan bahwa proses revitalisasi gedung sekolah saat ini menjadi kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
“Tahun ini hanya 11 sekolah yang mendapatkan revitalisasi. Penentuan sekolah penerima berdasarkan data dalam Aplikasi Krisna (Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran). Kami di kabupaten hanya melakukan pengawasan,” jelasnya.
Ia juga mengimbau seluruh satuan pendidikan untuk memastikan data pada Dapodik selalu akurat dan diperbarui, karena semua informasi layanan pendidikan dan sarana prasarana kini berbasis sistem terintegrasi.
Publik Pertanyakan Dana BOS dan Kualitas Bangunan
Di sisi lain, muncul pertanyaan dari masyarakat terkait penggunaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan pemeliharaan ringan sekolah.
“Dana BOS-nya ke mana? Masa untuk ganti triplek dan pintu saja harus tunggu dari dinas? Dana BOS bisa digunakan untuk itu,” ujar Faisal, mantan guru di wilayah tersebut.
Ia juga menyoroti kualitas bahan bangunan yang digunakan selama ini.
“Kalau bahannya berkualitas, pasti tahan lama. Tapi karena kejar untung, jangan heran kalau baru setahun bangunan sudah rusak,” tegasnya.
Butuh Tindakan Nyata, Bukan Sekadar Usulan
Kondisi SMPN 2 Amonggedo menjadi cermin tantangan serius dalam tata kelola pendidikan di daerah. Masyarakat berharap ada langkah konkret dan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan pihak sekolah agar fasilitas pendidikan tidak hanya layak, tapi juga aman dan mendukung proses belajar mengajar yang optimal.
Laporan: Sukardi Muhtar