SUARASULTRA.COM | KONAWE – Pada pertengahan Oktober 2019, Gema Pembebasan menyebarkan undangan diskusi kepada DPM di salah satu Universitas di Pulau Jawa. Undangan diskusi kelompok terpumpun bertajuk “Refleksi Pendidikan Indonesia Dalam Diskursus Islam” itu tersiar ke grup-grup WhatsApp mahasiswa setempat.
Universitas bersangkutan itu sendiri secara tegas melarang mahasiswa mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Gema Pembebasan yang dilaksanakan di Museum Pendidikan Universitas tersebut. Meski demikian, diskusi tetap berjalan walau sebelumnya sempat ada pemberitahuan pelarangan tersebut, Gema Pembebasan masih aktif mengadakan diskusi-diskusi.
Menanggapi hal tersebut, Anas, S.Ag mengaku tidak sepakat dengan adanya diskusi Gema Pembebasan. Karena menurutnya, Gema Pembabasan menganut paham Radikal dan Anti Pancasila.
“Baiknya kita ikuti saja Islam yang rahmatan lil alamin, yang tidak memaksakan karena Indonesia itu bukan negara Islam,” kata pria yang diketahui sebagai seorang akademisi, Kamis 28 Mei 2020
Dikatakan, melalui diskusi terfokus tersebut, pemateri akan menggiring atau mendoktrin peserta dengan faham radikalisme dan anti pancasila. Dan ini masih kata Anas akan dilakukan secara sistematis.
“Ini aliran keras yang menginginkan negara khilafah,” ujarnya.
Anas menuturkan bahwa Gema Pembebasan dikenal sebagai gerakan afiliasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) karena memiliki kesamaan ide. Namun, secara kelembagaan mereka independen.
“Gema Pembebasan mengklaim tidak berafiliasi dengan organisasi apa pun,” katanya.
Menurutnya, meski HTI sudah dibubarkan sejak 19 Juli 2019, geliat Gema Pembebasan masih ada dan aktif. Gema Pembebasan memiliki banyak medium untuk menyebarkan ide-ide yang mereka usung. Mereka juga aktif bergerak melalui medium media sosial, situsweb, jurnal opini, dan buletin. Laman resmi mereka (gemapembebasan.or.id) sudah tidak aktif sejak 2017.
“Tujuan Gema Pembebasan jelas, yaitu membentuk opini terkait ideologi Islam di kalangan mahasiswa dan pergerakan mahasiswa. Visi mereka adalah membangun mainstream pergerakan ideologi islam,” jelasnya.
Dikatakan, Gema Pembebasan bertujuan untuk menerapkan “Islam secara kaffah”. Salah satunya adalah membangunnya melalui kampus dengan jalur dakwah. Mahasiswa tidak harus langsung bersepakat, tetapi terbuka dengan ide-ide yang mereka bawa.
“Gema Pembebasan ini mengaku menolak revolusi, tetapi menghendaki perubahan sistematik dengan penyerahan kekuasaan,” pungkasnya.
Laporan: Sukardi Muhtar