

Dipaksa Gugurkan Kandungan, Perempuan 23 Tahun di Kendari Ditinggal Kekasih Saat Kritis
SUARASULTRA.COM | KENDARI – Seorang perempuan muda berinisial Y (23) harus menelan pil pahit setelah kehamilan yang dialaminya berujung pada dugaan aborsi paksa. Tragisnya, janin yang dikandung Y digugurkan atas permintaan sang kekasih berinisial I, warga Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra).
Alih-alih bertanggung jawab, pria yang menghamili Y justru memilih melarikan diri ketika kondisi korban kritis akibat pendarahan hebat pascaaborsi. Y kini menjalani perawatan medis seorang diri di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Kendari.
Kepada awak media, Y menuturkan bahwa perkenalannya dengan I bermula dari media sosial. Komunikasi yang kian intens membuat keduanya menjalin hubungan asmara hingga memutuskan tinggal bersama di sebuah indekos di sekitar Kecamatan Wuawua, Kota Kendari, selama kurang lebih enam bulan.
Seiring berjalannya waktu, Y mulai merasakan perubahan pada tubuhnya. Kecurigaannya terjawab setelah mengetahui dirinya hamil. Namun, bukannya mendapat dukungan, kehamilan tersebut justru memicu tekanan dari sang kekasih.
Mengetahui Y mengandung, I disebut langsung meminta agar janin tersebut digugurkan. Y mengaku menuruti permintaan itu karena takut ditinggalkan, terlebih ia mengaku sempat menerima ancaman apabila menolak melakukan aborsi.
“Awal Oktober 2025, dia belikan obat untuk aborsi. Saya dipaksa menggugurkan kandungan. Obatnya dipesan online lewat temannya. Dia bilang takut orang tuanya tahu,” ujar Y, Senin (15/12/2025).
Keputusan itu berujung petaka. Setelah mengonsumsi obat aborsi, kondisi Y memburuk. Ia mengalami pendarahan hebat disertai rasa sakit yang luar biasa. Ironisnya, Y mengungkapkan bahwa I melarangnya dibawa ke rumah sakit karena khawatir perbuatannya terbongkar.
“Saya pendarahan di dalam kamar kos. Darahnya dibersihkan oleh pacar saya dibantu tetangga kos,” ungkap Y dengan suara lirih.
Harapan Y sempat tumbuh ketika orang tua I datang ke indekos pada Jumat, 12 Desember 2025. Ia mengira kedatangan tersebut untuk membawanya ke rumah sakit guna mendapatkan pertolongan medis. Namun kenyataan berkata lain.
Orang tua I justru mengambil barang-barang milik anaknya dan membawanya pulang ke Konawe Selatan, sementara Y ditinggalkan seorang diri dalam kondisi lemah.
“Yang dibawa pulang itu dia, bukan saya. Barang-barangnya diambil, saya ditinggal sendirian di kamar kos,” tuturnya.
Kini, Y masih berharap I mau kembali dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Namun apabila harapan itu tak terwujud, ia menyatakan siap menempuh jalur hukum demi mendapatkan keadilan.
“Sakit sekali badanku. Sekarang saya dirawat di RS Bhayangkara, berjuang sendiri,” keluhnya.
Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi awak media kepada I melalui pesan WhatsApp belum mendapatkan respons. Pesan yang dikirim masih berstatus centang satu.
Laporan: Redaksi

















