Merawat Lingkungan Merupakan Perbuatan Islami di Era Krisis Ekologis di Pulau Kabaena

  • Share
Ketgam: Salah satu perusahan tambang di Pulau Kabaena, yang diduga jadi pemicu kerusakan lingkungan. Ist

Make Image responsive
Make Image responsive

Merawat Lingkungan Merupakan Perbuatan Islami di Era Krisis Ekologis di Pulau Kabaena

Penulis: Najwa Maulida Amran – Pemerhati Lingkungan

OPINI- Krisis ekologis di Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara, telah mencapai titik kritis akibat aktivitas pertambangan nikel yang masif, dengan deforestasi mencapai 3.374 hektar hutan sejak 2001 hingga 2022, termasuk 24 hektar hutan lindung, serta pencemaran laut oleh logam berat seperti nikel dan kadmium

Pulau seluas 891 kilometer persegi ini, di mana 73% wilayahnya atau sekitar 650 kilo meter persegi, telah dialokasikan untuk tambang, melanggar UU No.1 tahun 2014 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil yang melanggar eksploitasi di pulau dibawah 2.000 kilometer persegi.

Kondisi ini tidak hanya menghancurkan ekosistem, tetapi juga mengancam kehidupan suku Bajo dan Moronene, sehingga merawat lingkungan menjadi panggilan islami.

Krisis Ekologis di Pulau Kabaena

Aktivitas perusahaan seperti PT Anugrah Harisma Barakah (AHB) dan PT Tonia Mitra Sejahtera (TMS), menjadi penyumbang utama kerusakan, dengan AHB menggunduli 641 hektar hutan dan TMS 295 hektar hutan lindung dalam tiga tahun terakhir, menghilangkan sumber air utama penduduk.

Ketgam: Kondisi kesehatan anak-anak di Pulau Kabaena, dampak dari rusaknya lingkungan yang mereka alami akibat aktivitas tambang.Ist

Limbah tambang mengalir ke laut, membunuh terumbu karang dan mencemari perairan di sekitar pemukiman suku bajo, yang menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal yang terkena pada penduduk sekitar pesisir laut dan anak-anak, bahkan kematian tiga anak bajo di desa pesisir Baliara yang terjadi pada tahun 2025.

Pantai kabaena selatan, tampak berwarna kemerahan akibat dugaan limbah PT Tambang Bumi Sulawesi (TBS), memicu banjir dan kerusakan pertanian, sementara 82% masyarakat mengalami penurunan pendapatan drastis dari Rp 1 juta menjadi Rp 15.000 per hari.

Di dataran tinggi pulau Kabaena, yang merupakan hostpot keanekaragaman hayati dengan spesies endemik seperti anoa, monyet hitam sulawesi, dan juga kus-kus lereng curam seluas 20.621 hektar, kini terancam akibat deforestasi.

Baca Juga:  Manfaatkan Limbah Oli, Warga Desa Walay Rancang Kompor Berbahan Baku Besi Bekas

Nelayan bajo harus melaut hingga 20 km dengan biaya bahan bakar 10 kali lipat hanya untuk tangkapan 2-3 kg ikan. Sementara suku moronene, kehilangan lahan perkebunan kacang mete dan kopi yang menjadi tidak subur.

Krisis ini diperburuk jaringan korupsi terkait penerbitan IUP sebelum 2012, termasuk keterlibatan mantan Gubernur Sultra periode tahun (2008-2018).

Perspektif Islam Dalam Pelestarian Alam

Islam menempatkan manusia sebagai khalifah fill ardhi (QS. Al-Baqarah; 30), bertanggung jawab memelihara bumi dengan prinsip Mizan (keseimbangan, QS.Ar- Rahman; 7-9).

Rasulullah SAW bersabda, ”Jika kiamat datang sementara salah seorang di antara kalian memegang bibit pohon, maka tanamlah bibit itu”, menekankan aksi nyata meski di akhir zaman, relevan bagi Kabaena yang hutan lindungnya dirusak tambang.

Merawat lingkungan menjadi ibadah, karena menjaga ciptaan Allah, menghindari fasad fill ardhi (kerusakan di bumi, QS.Ar-Rum; 41) yang kini nyata di pencemaran sungai dan laut kabaena.

Ketgam: Laut yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Kabaena kini rusak akibat aktivitas tambang. Foto: Ist

Prinsip ini, mendesak umat islam di Kabaena untuk menolak eksploitasi berlebih, sebagaimana hadist tentang membersihkan lingkungan sebagai sebagian iman, sambil mendukung good mining practice yang menjamin kelestarian.

Dengan demikian, menjaga hutan lindung dan laut bersih bukan sekedar ekologis, tapi wujud taqwa yang mendatangkan rahmat Allah. Di tengah ambang kehancuran Pulau Kabaena dari hutan gundul hingga laut beracun merawat lingkungan adalah jihad fisabilillah melawan kerusakan yang disebabkan israf industri tambang.

Umat Islam Sulawesi Tenggara, khususnya di Bombana, harus satukan suara tuntut penegakan hukum terhadap PT AHB, TMS, dan TBS. Sambil tanam pohon ribuan DAS Pulau Kabaena untuk pulihkan sumber air.

Dengan mengamalkan ajaran Rasulullah tentang kebersihan separuh iman, Pulau Kabaena bisa bangkit sebagai model harmoni islam ekologi, menjaga nikmat allah untuk generasi mendatang.***

Make Image responsive
Make Image responsive
banner 120x600
  • Share
error: Content is protected !!