

Refleksi Akhir Tahun: Demokrasi Jalan di Tempat, DPR Dinilai Dalam Kendali Jaringan “Kabinda dan Adidas”
SUARASULTRA.COM | JAKARTA – Refleksi akhir tahun mengungkap dinamika demokrasi Indonesia yang dinilai masih berjalan di tempat.
Lembaga legislatif yang sejatinya menjadi representasi suara rakyat justru terlihat “adem ayem”, minim perdebatan, dan nyaris tanpa konflik internal yang berarti.
Kondisi tersebut tak lepas dari kuatnya pengaruh Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI dari Partai Gerindra.
Di lingkungan Senayan, Dasco kerap disebut sebagai “sutradara” paduan suara parlemen, merujuk pada kemampuannya mengorkestrasi arah dan sikap politik para legislator lintas fraksi.
Pengaruh itu ditopang oleh jaringan politik yang dikenal dengan sebutan Kabinda (Kader Binaan Dasco) dan Adidas (Anak Didik Dasco).
Dua jejaring ini disebut-sebut memiliki peran dominan dalam proses legislasi, mulai dari pembahasan hingga pengesahan undang-undang.
Keberadaan Kabinda dan Adidas dinilai membuat kerja-kerja DPR berjalan cepat dan efisien. Interupsi, perdebatan sengit, hingga tarik-menarik kepentingan yang lazim terjadi dalam pembahasan undang-undang kini nyaris tak terdengar.
Namun, di sisi lain, kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan melemahnya fungsi kontrol dan dialektika demokrasi di parlemen.
Pertanyaan pun mengemuka. Apakah pola kerja cepat dan efektif ini akan terus dipertahankan hingga 2026, atau justru akan terjadi perubahan sistematis yang tidak lagi bertumpu pada satu figur dengan pengaruh dominan?
Jawabannya akan dinilai publik melalui kacamata demokrasi, apakah efisiensi sejalan dengan keterbukaan dan akuntabilitas, atau justru sebaliknya. (Yun)
Sumber: Tempodotco
Penulis: Purbo Satrio – Litbang Demokrasi

















