


Video Viral: Karyawan Asing PT IFK Dinilai Arogan saat Sidak, Wabup Konut Tersinggung, Publik Geram
SUARASULTRA.COM | KONUT – Sebuah video berdurasi 59 detik yang beredar luas di media sosial, seperti Facebook dan WhatsApp, memicu kemarahan publik. Video tersebut memperlihatkan sikap arogan seorang karyawan asing PT Indo Fudong Konstruksi (IFK) saat berhadapan langsung dengan Wakil Bupati Konawe Utara (Konut), H. Abuhaera, S.Sos, M.Si.
Peristiwa tersebut terjadi saat Wabup Konut bersama Kasatpol PP dan rombongan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di lokasi proyek milik PT IFK. Di lokasi, mereka menemui salah satu warga negara asing (WNA) yang bekerja sebagai karyawan perusahaan, didampingi oleh seorang penerjemah.
Dalam cuplikan video yang beredar, Wabup Abuhaera meminta agar pihak manajemen PT IFK segera dihadirkan untuk berdialog langsung. Namun, karyawan asing tersebut menyatakan bahwa hal tersebut akan memakan waktu. Mendengar respons itu, Wabup terlihat kesal dan menegaskan, “Biar satu jam, biar malam.”
Yang memicu reaksi keras publik adalah sikap sang karyawan yang kemudian terlihat menelepon dengan posisi berdiri dan tangan bertolak pinggang di hadapan Wabup, gestur yang dianggap tidak sopan dan melecehkan simbol pemerintahan daerah.
Ajudan Wabup dan personel Satpol PP yang turut hadir langsung menegur melalui penerjemah agar karyawan tersebut menunjukkan sikap lebih sopan. Salah satu ajudan bahkan terdengar berkata, “Mbak, mbak, kasih tahu jangan dia tolak-tolak pinggang, saya kipas itu,” dengan nada kesal.
Teguran itu tak diindahkan. Ajudan akhirnya mendekati langsung dan menurunkan tangan sang karyawan secara paksa sambil melontarkan peringatan keras dalam bahasa daerah: “Jangan tolak-tolak pinggang, akutooru wewako, teoha-oha (saya kipas kamu, kurang ajar).”
Video tersebut langsung viral dan mengundang reaksi keras dari masyarakat Sulawesi Tenggara. Warganet menilai sikap karyawan PT IFK tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap pejabat daerah, terutama kepada Abu Haera yang dikenal luas sebagai tokoh masyarakat dari kawasan daratan Konawe dan Konawe Utara.
“Mereka bekerja di negeri orang, mestinya tahu adat dan etika. Kalau pejabat saja tidak dihormati, bagaimana mereka menghargai masyarakat biasa?” tulis salah satu netizen di kolom komentar.
Desakan kepada pemerintah daerah untuk mengevaluasi keberadaan PT IFK pun semakin menguat. Masyarakat menilai bahwa perusahaan yang mempekerjakan tenaga asing dengan perilaku arogan tidak pantas beroperasi di wilayah Sulawesi Tenggara.
Laporan: Rahmat
Editor: Sukardi Muhtar





