



SUARASULTRA.COM | KENDARI – Perhelatan Pilkada Bombana tahun 2024 menyisakan berbagai dinamika politik yang tak terduga, termasuk pernyataan kontroversial dari salah satu calon Bupati, Burhanuddin.
Dalam sebuah deklarasi beberapa waktu lalu, Burhanuddin menyebut dirinya sebagai “Utusan Allah” untuk membangun Bombana. Ucapan ini kemudian menuai polemik dan sorotan tajam dari berbagai kalangan.
Namun, di balik kontroversi tersebut, ada penjelasan yang diungkapkan oleh Abady Makmur, Koordinator Tim Barisan Kita, yang menjadi garda depan kampanye Burhanuddin-Ahmad Yani (BERANI).
Wawancara eksklusif dengan media, Abady menegaskan bahwa pernyataan Burhanuddin tidak bermaksud menista agama. Sebaliknya, ungkapan tersebut lahir dari semangat yang membuncah, melihat antusiasme masyarakat yang hadir dalam deklarasi.
“Ungkapan itu muncul secara spontan, bukan dengan niat negatif atau tendensi menista agama. Semangat yang membara saat melihat dukungan besar dari masyarakat membuat Burhanuddin menyampaikan itu. Sayangnya, pernyataan itu dipolitisasi dan dianggap berlebihan,” ujar Abady.
Di tengah maraknya protes dan desakan dari Direktur Aliansi Pemerhati Hukum (Ampuh) Sulawesi Tenggara yang meminta agar Burhanuddin diperiksa oleh kepolisian, Abady justru menilai langkah tersebut terlalu jauh. Menurutnya, pernyataan itu tidak memiliki unsur kesengajaan yang bisa diartikan sebagai penistaan agama sebagaimana diatur dalam Pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
“Sebagai advokat, saya menilai bahwa ucapan Burhanuddin belum memenuhi unsur pidana. Itu hanya sebuah ekspresi yang keluar di tengah euforia, bukan niat untuk melanggar hukum. Oleh karena itu, saya berharap pihak-pihak terkait tidak mempersoalkan ini secara berlebihan,” tambah Abady.
Abady juga menghimbau kepada masyarakat Bombana untuk tetap tenang dan menjaga kondusivitas menjelang pemilihan. Ia berharap agar masyarakat fokus pada pemilihan kandidat yang menurut mereka bisa membawa perubahan positif bagi daerah, tanpa harus terjebak dalam kontroversi yang tidak perlu.
“Yang paling penting sekarang adalah fokus pada tujuan besar, yaitu membangun Bombana yang lebih baik. Mari kita bersama-sama berpikir jernih dan tidak terpancing oleh isu yang bisa merusak semangat demokrasi,” ungkap Abady.
Pernyataan Abady ini seolah menjadi penyejuk di tengah panasnya suasana politik. Dengan harapan bahwa polemik ini segera mereda, ia dan tim BERANI optimis bisa melangkah maju dalam kontestasi Pilkada dengan dukungan penuh dari masyarakat Bombana.
Dalam konteks demokrasi, kontroversi seperti ini memang tak jarang muncul. Namun, bagaimana masyarakat dan para kandidat menyikapi permasalahan tersebut akan menjadi cerminan kedewasaan politik yang sesungguhnya. Dengan demikian, diharapkan kontestasi politik ini tetap berjalan dalam koridor etika, menghormati perbedaan pandangan, dan mengutamakan kepentingan masyarakat di atas segalanya.***
Editor: Sukardi Muhtar













