


SUARASULTRA.COM | KONAWE – Harapan warga Desa Tirawonua, Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, untuk menikmati air bersih tampaknya harus pupus.
Proyek sistem penyediaan air minum (SPAM) senilai Rp 1,4 miliar yang didanai dari anggaran tahun 2024 dan dikerjakan oleh CV Fadhil Jaya justru menuai keluhan dan kekecewaan mendalam.
Pasalnya, kualitas pekerjaan proyek tersebut dinilai sangat buruk dan jauh dari standar teknis yang seharusnya.
Kekhawatiran utama warga terletak pada pemasangan sejumlah pipa air yang terkesan asal-asalan.
Baharuddin, salah seorang warga Tirawonua, mengungkapkan bahwa pipa-pipa yang seharusnya ditanam minimal 50 sentimeter di bawah permukaan tanah, justru dibiarkan tergeletak begitu saja.
“Yang lebih parah, beberapa pipa intake bahkan melintang di atas badan sungai. Kondisi ini sangat rawan. Setiap kali hujan deras dan sungai meluap, pipa-pipa itu sangat mudah terbongkar, akibatnya suplai air bersih ke rumah-rumah kami langsung terputus,” ujarnya dengan nada kecewa, Selasa 7 Mei 2025 kemarin.
Baharuddin juga menyoroti risiko tinggi pemasangan pipa di badan sungai. Selain rentan terhadap kerusakan akibat terjangan banjir, keberadaan pipa di aliran sungai juga berpotensi mencemari sumber air bersih itu sendiri.
“Seharusnya, kontraktor lebih profesional dan menanam pipa atau setidaknya meletakkannya di lokasi yang lebih aman, jauh dari arus deras sungai,” tegasnya.
Kondisi bangunan intake yang sudah mulai menunjukkan kerusakan juga menjadi perhatian serius warga. Menurut Bahar, bronjong yang berfungsi sebagai penangkap air telah mulai tergerus oleh kuatnya arus sungai.
“Kalau kondisi ini dibiarkan tanpa ada perbaikan segera, kerusakannya pasti akan semakin parah dan bisa mengancam keberlangsungan proyek ini,” katanya khawatir.
Merasa aspirasinya tidak didengar, Baharuddin berencana untuk melaporkan permasalahan ini langsung kepada Bupati Konawe dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat jika tidak ada respons cepat dari instansi teknis terkait.
“Air bersih adalah kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat. Pemerintah daerah harus memberikan perhatian serius terhadap masalah ini,” tandasnya.
Kepala Desa Tirawonua, Saris Ladupai, turut menyampaikan kekecewaannya terhadap mutu pekerjaan proyek SPAM tersebut. Ia mendesak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Konawe untuk segera turun tangan dan melakukan evaluasi menyeluruh.
“Anggaran yang digelontorkan sangat besar, mencapai Rp 1,4 miliar, namun hasilnya sangat mengecewakan dan tidak efektif. Setiap kali hujan, aliran air bersih pasti terhenti, dan warga terpaksa berinisiatif memperbaiki sendiri pipa-pipa yang rusak,” ungkap Saris dengan nada prihatin.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Konawe belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan warga dan buruknya kualitas proyek SPAM di Desa Tirawonua tersebut.
Informasi yang dihimpun media ini juga mengungkap bahwa proyek bermasalah ini ternyata telah masuk dalam radar pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Namun, sangat disayangkan, hingga saat ini belum ada tindakan perbaikan signifikan yang terlihat di lapangan, menambah kekecewaan dan keresahan warga Tirawonua.***
Editor: Sukardi Muhtar





