Tiga Mahasiswi Lawan Sunyi: Menuntut Keadilan atas Pelecehan Oknum Dosen RA di UHO

  • Share
Ketgam: Ketgam: N. Amalia Mahasiswi Ekonomi IAIN, C. Yulfa Mahasiswi FEB UHO dan S. Anwar Mahasiswi PGSD Unsultra,

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive

Tiga Mahasiswi Lawan Sunyi: Menuntut Keadilan atas Pelecehan Oknum Dosen RA di UHO

SUARASULTRA.COM | KENDARI – Dugaan pelecehan seksual yang melibatkan oknum dosen berinisial RA di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) bukan sekadar persoalan etika individu.

Kasus ini menjadi alarm serius mengenai ketimpangan relasi kuasa, lemahnya sistem kampus, dan semakin sempitnya ruang aman akademik bagi perempuan.

C. Yufal, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHO, menilai bahwa hubungan personal antara dosen dan mahasiswi, terutama yang dilandasi dominasi kuasa, merupakan ladang manipulasi.

“Sulit membedakan mana suka sama suka, dan mana hubungan yang didasari tekanan tersembunyi. Ketika dosen menggunakan posisinya untuk mendekati mahasiswi, relasi itu sudah tidak sehat, apalagi jika berujung pelecehan,” ujar Yufal.

Korban pelecehan tak hanya menghadapi rasa malu, tetapi juga tekanan psikologis berat. Takut terhadap nilai, stigma sosial, serta kekhawatiran kampus yang lebih mengutamakan reputasi institusi membuat korban kerap terdiam.

N. Amalia, mahasiswi IAIN Kendari sekaligus aktivis HMI, menegaskan kampus tidak boleh menutup mata terhadap kasus ini.

“Sangat disayangkan jika pelaku dilindungi hanya karena statusnya sebagai dosen. Ini adalah pengkhianatan terhadap keadilan,” tegas Amalia.

Dia mengingatkan, pelaku kekerasan seksual sering kali adalah orang-orang yang tampak ‘terhormat’ secara sosial dan profesional, namun diam-diam menyalahgunakan kekuasaan.

Kinerja Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) UHO pun menjadi sorotan. Sejak kasus mencuat, belum ada kejelasan penanganan yang konkret. Amalia menduga ada oknum yang menutup-nutupi persoalan tersebut.

Di mana peran nyata Satgas PPKS UHO?

Meski secara struktural ada, dalam praktiknya Satgas terkesan pasif, tidak transparan, dan tidak berpihak. Kehadiran mereka lebih terasa sebagai formalitas administratif semata, padahal kekerasan seksual di kampus bukan masalah baru dan tak bisa dianggap remeh.

Baca Juga:  Warga Temukan Mayat di Kali, Keluarga Tolak Autopsi

S. Anwar, mahasiswa PGSD Unsultra, menambahkan bahwa relasi kuasa tidak sehat antara dosen dan mahasiswa merusak integritas baik personal maupun institusi.

“Nama baik kampus justru tercoreng jika pelaku dibiarkan tanpa sanksi. Kampus seharusnya berdiri bersama korban, bukan melindungi pelaku,” ujarnya.

Jika Universitas Halu Oleo ingin tetap dipercaya sebagai institusi pendidikan yang aman dan adil, kasus ini harus ditangani dengan cepat, tegas, dan transparan. Jangan biarkan korban berjalan sendiri dalam kesunyian. Jangan jadikan kampus tempat perlindungan bagi pelaku.

Kini saatnya UHO berpihak pada korban, bukan pada citra, pelaku, ataupun sistem yang memilih diam.

Penulis: Eros

Editor: Redaksi

Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
Make Image responsive
banner 120x600
  • Share