

Ketgam: Ketua PBSI Konawe H. Muhammad Akib Ras (kedua dari kiri).
SUARASULTRA.COM | KONAWE – Ketegangan antara Pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Konawe dan PBSI Sulawesi Tenggara (Sultra) semakin meningkat. Ketua PBSI Konawe, H. Muhammad Akib Ras, menuduh Ketua PBSI Sultra, LM Bariun, bersikap arogan dan tidak memahami aturan organisasi.
Akib menegaskan bahwa kepengurusan PBSI Konawe yang dipimpinnya sah berdasarkan aturan, karena telah melalui Musyawarah Kabupaten (Muskab) yang dilaksanakan pada 23 Mei 2023. Dalam Muskab tersebut, pemilihan dilakukan secara demokratis dengan dua calon, di mana Akib memperoleh lima suara, sedangkan Rahmat hanya meraih empat suara.
“Kami terpilih melalui Muskab yang sah dan sesuai prosedur, bukan aklamasi. Oleh karena itu, klaim yang menyatakan bahwa kepengurusan kami tidak sah adalah tidak berdasar,” ujar Akib tegas.
Bantahan atas Tuduhan Tidak Mengundang PBSI Sultra
Akib juga membantah tuduhan dari Bariun yang menyatakan bahwa PBSI Sultra tidak diundang dalam Muskab tersebut. Menurut Akib, undangan telah disampaikan kepada pengurus provinsi melalui Sekretaris Umum PBSI Sultra, Widya.
“Widya sendiri telah mengonfirmasi bahwa surat undangan tersebut sudah diteruskan kepada Ketua PBSI Sultra. Jadi, tuduhan bahwa Bariun tidak diundang adalah keliru,” jelas Akib.
Pelanggaran Aturan oleh Caretaker
Akib mengungkapkan bahwa Bariun telah dua kali mengirimkan caretaker untuk menggelar Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub). Namun, hingga saat ini, tidak ada dokumen resmi yang diterima oleh PBSI Konawe. Ia menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap aturan dan etika organisasi.
“Ini adalah bentuk arogansi. Tiba-tiba ingin mengadakan Musdalub secara diam-diam. Untung kami bisa mengetahuinya, jika tidak, masalah ini bisa semakin berkepanjangan,” ujar Akib dengan nada kecewa.
Harapan untuk Kepemimpinan yang Lebih Baik
Akib berharap agar Bariun lebih memahami Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi, karena tindakannya justru bertentangan dengan aturan yang berlaku. Ia juga menginginkan agar sikap arogansi seperti ini tidak terulang, baik terhadap PBSI Konawe maupun pengurus daerah lainnya di Sulawesi Tenggara.
“Saya berharap sikap arogan seperti ini tidak terjadi lagi, tidak hanya kepada kami, tetapi juga kepada pengurus daerah lainnya. Ini harus menjadi pelajaran bagi seluruh kabupaten/kota di Sultra,” kata Akib.
Sebagai pengurus yang sudah lama aktif di PBSI, Akib juga mengkritik gaya kepemimpinan Bariun yang dinilai kurang komunikatif dibandingkan dengan pemimpin PBSI Sultra sebelumnya.
“Seharusnya sebagai pengurus provinsi, Bariun memberikan contoh yang baik. Sayangnya, kepemimpinan saat ini malah sering memicu konflik di daerah,” tutupnya.
Polemik ini menjadi gambaran tantangan yang dihadapi organisasi olahraga dalam menjaga keharmonisan dan soliditas antara tingkat daerah dan provinsi. Semua pihak diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin demi kemajuan bulu tangkis di Sulawesi Tenggara.
Laporan: Sukardi Muhtar


