SUARASULTRA.COM | KONAWE – Pembantu Rektor (PR) III Universitas Lakidende (Unilaki), Maseli mengatakan Radikalisme yang berbuntut aksi terorisme seakan menjadi wabah menakutkan di seluruh dunia.
Pasalnya, radikalisme itu dilakukan secara membabi buta demi untuk mewujudkan ambisi dan keinginan seseorang atau sekelompok orang, meski harus menggunakan cara-cara kekerasan.
Ironisnya lagi masih kata Maseli, radikalisme dan terorisme yang terjadi selama ini selalu menjadikan agama sebagai kendaraan untuk pembenaran tindakan mereka. Padahal, dalam semua agama tak satu pun yang mengajarkan kekerasan, apalagi sampai melakukan pembunuhan.
“Radikalisme itu sebuah musuh ideologi. Kalau dalam agama tentu ada mazhab, tapi Islam yang saya pelajari tidak pernah mengajarkan radikalisme, bahkan menentang. Islam itu agama damai, Islam itu agama penuh rahmat bagi seluruh semesta. Jadi pengeboman dan segala aksi terorisme itu bukan Islam tapi ajaran yang keliru penganut Islam. Mereka selama ini ‘membajak’ Islam untuk pembenaran aksinya,” ujar Pembantu Rektor III Universitas Lakidende (Unilaki) Maseli di Unaaha, Kamis (28/5/2020).
Menurut Maseli, ada dua isu lama yang berkembang terkait radikalisme. Pertama radikal yang berkaitan dengan ideologi di zaman orde baru (Orba) yang disebut dengan ideologi atau ekstrem kiri dan kanan.
Saat itu lanjutnya, terorisme memang belum berkembang seperti sekarang. Ekstrem atau radikal kanan meliputi aliran dalam agama, khususnya Islam, sedangkan ekstrem kiri komunis. Pada masa Orba ini, perbincangan mengenai komunis tidak pernah ada respon sehingga itu seolah-olah telah berakhir.
Alhasil, saat ini isu radikal yang menonjol itu adalah ekstrem kanan, yang ironisnya ditujukan kepada umat Islam. Di sisi lain, isu radikalisme itu dijadikan dasar bahwa ada mazhab Islam internasional yang digunakan ISIS dan Jamaah Islamiyah (JI). Hal itulah yang akhirnya menimbulkan gangguan keamanan terhadap masyarakat internasional.
Di Indonesia, masih kata PR III Unilaki ini, seluruh masyarakat dan negara terus memerangi radikalisme sebagai sebuah musuh ideologi. Tidak hanya umat Islam, seluruh penganut agama yang ada di Indonesia juga melakukan hal serupa. Sampai pada peristiwa penusukan Menko Polhukam Jenderal (purn) Wiranto beberapa waktu lalu.
“Itu bukan ajaran Islam, tapi ajaran pemeluk yang tidak paham Islam dan tersesat dan kita semua harus secara berasama – sama menangkal paham radikal ini ,” pungkas Maseli.
Laporan: Sukardi Muhtar